KKL 1 yang merupakan sarana bagi mahasiswa baru untuk mendapat segudang ilmu secara langsung dari objeknya ternyata memberikan tempat tersendiri bagi pesertanya. tak hanya ilmu yang diberikan dalam Kuliah Kerja Lapangan pertama ini, namun yang paling penting adalah memunculkan seorang mahasiswa geografi yang beretika dan berdisiplin baik, begitu menurut tata tertib dan kode etik KKL 1 Fakultas Geografi UGM ini.

Etika yang baik bukan mainan dan hanya dapat dibuktikan melalui sebuah kerja keras dan kesungguhan hati mahasiswa selaku peserta KKL tersebut. Perlu diingat juga bahwa etika yang baik bukanlah mengucap salam dan menundukkan kepala pada dosen. etika yang baik itu akan muncul dengan sendirinya apabila peserta mengikuti dan menaati peraturan dan kode etik KKL 1.

Saya melihat dan merasakan masih ada yang menganggap KKL 1 ini hanya piknik saja, jadi gak perlu serius serius, apalagi menanggapi dosen yang kadang suka tegas tegas tak jelas...hehehe...
hanya ada tiga golongan umum dalam KKL ini:
1. Golongan yang mengincar nilai dan IPK. itulah gambaran mahasiswa secara umum. semua seakan dicocok hidungnya dan rela melakukan apa saja agar mendapat A dalam mata kuliah KKL 1
2. Golongan yang enjoy bro.... mereka adalah perokok, pemalas, dan pengece dosen sejati. apapun mereka lakukan demi membuat diri mereka kuat dan dianggap pemberani (padahal mereka ini kalau saya beri nilai keberanian hanya mendapat 20 dari 100)
3. Golongan yang sangat memikirkan masa depan. merekalah sang pemimpin di masa depan, sang pembawa perubahan.

saya tertarik dengan golongan ketiga ini... mantep... dan justru saya sangat kental mendapatkan ciri ciri golongan ini pada mahasiswa imigran, yakni mahasiswa mahsiswa pilihan dari negara tetangga kita, Timor Leste.
sebelum dan selama KKL berlangsung 1 hari, saya tidak menemukan ciri ini pada mereka, namun kejadian pada malam evaluasi membuat saya termenung sekaligus malu kepada teman asing yang pendiam itu.

Jadi ceritanya, malam evaluasi itu semua perwakilan masing masing kelompok wajib mengevaluasi apa yang mereka dapat saat KKl hari pertama. ketika semua kelompok sudah selesai, tanpa diduga dosen memanggil perwakilan mahasiswa Timor Leste untuk membandingkan kenampakan bentanglahan hari pertama itu dengan yang ada di Timor leste sana. Wakil Timor Leste itu menjelaskan dengan sangat yakin dan tegas kesamaan yang ada pada sini dengan sana, bahkan ketika disuruh berhenti, ia malah ingin menunjukkan lagi contoh lain... padaakhir evaluasinya, wakil itu menyebutkan bahwa nanti ketika ia lulus dan menjadi orang sukses di negaranya, ia tidak akan melupakan orang-orang Indonesia yang telah membawanya dan mengajaknya dalam KKL 1 ini. sepele memang, tapi kalau anda melihat ekspresi langsung dari wakil itu pasti anda akan tercengang dan salut akan tegasnya penekanan dalam pengucapan janji tersebut!

Bukti otentik kedua Golongan ketiga adalah saat penutupan KKL. kali ini dosen tak lupa memanggil wakil lain dari Timor Leste untuk memberikan kesan dan pesan. atdinya saya tidak yakin si wakil kedua yang sangat pendiam ini akan membawa kami lagi dalam suasana terhipnotis. namun kali ini mereka justru membawa kami dalam suasana haru biru. kenapa? tanpa diduga wakil kedua ini malah curhat mengenai ketidakberdayaannya membantu teman-teman satu kelompoknya hanya karena masalah komunikasi. memang, mereka pasti memilih diam daripada nanti mereka berkata yang tidak dimengerti orang Indonesia. sambil terisak kecil, wakil kedua meminta maaf atas kesalahannya dan ia berjanji tidak akan mengecewakan teman2 Indonesia untuk kedua kalinya, terutama jika ia sudah dewasa nanti...

saya luput dalam kutukan isakan itu. kenapa mereka bisa seserius itu? sampai sampai hanya karena masalah bahasa mereka menjadi meneteskan air mata. baru kali itu saya melihat pria menangis karena teman, dan bukan teman lama, melainkan teman yang baru dikenal belum genap setahun...

yang hanya terpikirkan dalam impian pendekku, saya harus haus ilmu dan persahabatan seperti mereka...


Leave a Reply