siang hari terik

mengikuti sejoli berboncengan bersama dunia mereka

memakai seragam serasi melintasi temaram kota, romantis

gerimis bagaikan panah cupid, tak pernah meleset menjodohkan romansa

seketika tawa mereka menyerempet telingaku tanpa ampun

terjun ke hati, mengoyakkan isinya yang sedang luber rindu

mengaduk kolam hasrat yang masih keruh akan ketidakjujuran

aku sedang rindu kekasih

senja hari sendu

memelototi jauh cakrawala samudera sampai menabrak sebuah pulau

melihat kelopak mentari tak kuasa mengalahkan kekuasaan takdir malam

menunduk mengalah pada si buruk rupa manja yang masih samar kelabu

berbagi sebagian suryanya yang abadi sebelum diteruskan lagi ke bumi

dan menimpa pipiku yang basah didera air mata

aku sedang rindu ayah

malam hari beku

telentang dalam ruang gelap gulita

seberkas cahaya tertinggal dari lampu yang baru dipadamkan

terasa kehangatannya sejumput lalu hilang ditelan dingin

kuingat kembali dosa saat cahaya masih menggerayangiku

sungguh, aku ingin terus bersujud agar aku selalu bisa meminta maaf

tapi aku selalu tak bisa menemukan sajadahku

hingga akhirnya pagi datang lagi dan menyisakan penyesalan

aku sedang rindu ibu