hosh...hosh...hosh... nafas koi tak menentu, detak jantungnya terasa seperti dibedug-bedug tak berirama. ia terus berlari, sesekali menutup mata karena sudah tak sanggup lagi melanjutkan pelariannya. ia melihat sekelilingnya, mencari gang-gang sempit untuk tujuan berikutnya. seringkali menoleh ke belakang, masih terus mengejar dua pemuda yang juga tak jelas raut wajahnya menunjukkan muka lelah atau menahan buang air. pemuda satu adalah Toman, kakak angkatan koi yang terkenal sebagai mahasiswa abadi yang tak kunjung lulus. pemuda satu lagi lebih memusingkan, ia tak ada hubungan sama sekali dengan koi, ia hanya sebagai pembantu pengejar Koi, ingin menjadi sok keren karena ia adalah Abrur, preman angkringan jalan Mangkubumi. pemuda-pemuda ini agaknya tak sanggup menandingi kekuatan berlari koi. padahal Koi bukanlah atlet marathon, ia hanya seorang mahasiswa kurus, yang harus makan dua kali sehari untuk program pengematan uang jajannya. namun inilah 'the power of kepepet', koi sudah telanjur menarik gas, tak bisa langsung berhenti bak kereta uap, karena ia benci birokrasi dengan preman dan mahasiswa abadi.

sepuluh menit berlalu sia-sia hanya dengan berlari. koi berpikir dalam hatinya "ngapain gue lari, mending gue ngaji di sekre". tapi ia tetap tak bisa berhenti. ia menoleh lagi ke belakang, kedua pemuda sudah terhuyung-huyung, kadang menempelkan tangannya di tembok dan melanjutkan dengan lari-lari kecil, namun masih bisa menandingi koi, kaki koi tak sepanjang kaki mereka.

"woi! wis setop! aku kesel!"ujar mahasiswa abadi.
koi melompati pagar besi dan berhenti sejenak setelah Toman melontarkan perkataan pertanda pengibaran bendera putih. preman pun menuruti juga permintaan Toman sebab sudah tak punya tenaga lagi untuk pengejaran ini. mereka berhenti sejenak untuk menghela nafas. nafas panjang terseru dari hidung Toman, ia menyuruh Koi mendekat. karena mereka ditemboki segeret pagar besi Setinggi 3 meter, koi pun bergerak maju, perlahan tapi pasti, dengan menyeret kakinya yang lecet karena tak mengenakan sandal saat berlari. preman yang berada dekat dengan koi langsung menarik baju koi dengan tangan kanannya yang sebesar pisang goreng itu.
"heh, berani banget lu! anak mana lu!"gertak si preman Abrur
"udah bos jangan. anak ini temenku"tegas Toman membohongi Abrur
Abrur melepaskan genggaman tangannya dari baju Koi.
"kok kamu berani banget ngambil rokok dari mulutku?"tanya Toman sambil mencuri nafas
Koi menjawab dengan pasrah, "itu semua saya lakukan untuk kita,kesehatan kita, bumi kita"
"hoh, kenapa kamu harus lari padahal kamu merasa benar?"
"karena inilah mimpiku, aku ingin berlari setelah mengambil rokok dari seorang perokok seperti Mas ini, aku ingin dipukuli perokok karena hal yang saya perbuat ini"
Toman langsung termenung mendengar perkataan seorang mahasiswa 'kemarin sore' ini. selama bertahun-tahun ia menanti saat ini, saat dimana ada yang melarangnya merokok. walaupun secara tidak langsung, Koi telah menyadarkannya lewat petuahnya yang bodoh dan agak menyakitkan diri sendiri. menurut Koi suatu tindakan gila demi menyelamatkan lingkungan akan ia lakukan walaupun ia tahu dirinya bisa dihujani hina atau kepalan tangan
raksasa.
"baiklah, kamu boleh pergi"kata Toman.
Koi langsung membalikkan badan dan meninggalkan arena perdebatan itu.
Abrur kesal atas keputusan Toman, lantas menendang pagar besi 3 meter di depannya dan mengutuk keputusan bodoh Toman. Namun Toman berjanji akan menukar keptusannya itu dengan dua piring magelangan kepada Abrur.

Di jalan Koi tersenyum senang bak mendapat gaji setara gaji pejabat. baginya hari ini adalah hari yang sangat hebat, tak akan terulang di kemudian hari walau ia bermimpi suatu saat mengambil rokok dari seorang residivis. koi berlari kecil, melompat-lompat bernyanyi lagu asal-asalan yang liriknya dibuat dadakan.
sampai kembali di kampus, tempat awal semua permasalahan terjadi, ia menuju tempat wudhu, lanta membuka pintu sekre JMG untuk memenuhi keinginannya semenjak pengejaran atas namanya tadi, mengaji...


Leave a Reply